Get Mystery Box with random crypto!

'Ini mah tinggal dimasukkin ke rumusnya. Tapi, hm harus ada ya | Channelnya Gita🎀

"Ini mah tinggal dimasukkin ke rumusnya. Tapi, hm harus ada yang diolah dulu sih beberapa. Eh, ini soal mah kayak tingkat olimpiade."

"Kalau yang ini bagaimana caranya, Az?"

"Nah, abis gini, eh tunggu, salah deh. Bukan begini."

"Duh, yang bener gimana sih, Az. Malah tambah pusing tau." dumel Aira yang mulai penat. "Ck, kayaknya kau nggak cocok jadi guru deh, Az."

"Nah, itu dia!" serunya sambil geleng-geleng. "Duh jadi haus, bagi dong minumnya!"

"Ish, beli sendiri dong." 

Mereka pun tenggelam dalam canda tawa itu.

"Hm, Ai,"

"Jangan panggil aku Ai, Azka."

"Oke, Aira, gue mau tanya satu hal."

"Awas aja kalau aneh-aneh."

Azka tertawa pelan. "Kayaknya lo betah ya temenan sama gue?"

"Hmm, aku juga heran." Aira ikut tertawa. "Jujur aja, aku udah lama melihatmu. Tapi baru kali ini aku benar-benar bisa merasa dekat denganmu. Yeah, dalam artian berteman denganmu, Az."

Azka menyunggingkan ujung bibirnya.

"Bisa kasih gue satu alasan?"

♢♢

Aira masih asyik dalam imajinasinya menulis sebuah cerita. Dari semua cerita yang pernah ia buat, tak ada seorang pun yang tahu kebiasaannya satu itu. Kecuali Azka.

Yeah, cowok itu malah kepo dan sedikit mendukung hobby cewek itu.

"Pasti lagi nulis ya?" Suara itu muncul seiringan dengan tubuh Azka yang kini ada dihadapan Aira.

Aira segera menutup buku berharga miliknya itu. "Nggak kok."

"Lo nggak jago bohong, Ai."

Aira mengerucutkan bibirnya sebal. Ia sangat malu kalau ketahuan lagi menulis cerita. Apalagi tulisannya dibaca oleh orang.

"Hm, judul pertama 'Waktu', terus cerita yang aneh menurut gue yang judulnya 'Dilema', lalu yang gue inget ada 'Before You', 'Play With Me', hm.. ah iya ada juga yang judulnya 'Miracle'," ujar Azka seolah-olah sambil mengingat semua itu. "Kalau yang sekarang, judulnya apa, Ai?"

Aira masih terkejut dengan ucapan Azka barusan. "Kau mengingat judul cerita yang kubuat? Wow. Aku tak percaya loh, Az."

"Udah coba lo terbitin?"

Aira menggeleng sambil tersenyum pahit. "Nggak perlu kali."

"Yah, sayang dong. Kan nanti kalau terkenal, lo bisa tulis nama gue di halaman thank to sebagai orang yang selalu mendukung lo. Hehe."

Aira lantas tertawa keras. "Pede sekali kau ya, Az! Haha."

"Dih, dibilangin juga."

"Makasih ya, Az."

"Buat?"

"Udah mau peduli dan buat aku ketawa hari ini."

Alis Azka terangkat sebelah. "Kenapa lo sering banget bilang makasih ke gue disaat gue merasa itu bukan hal yang berlebihan?"

Aira menyunggingkan senyuman manisnya. "Aku rasa kau udah tau alasan untuk pertanyaan seperti itu, Az."

"Oh iya? Okay, let tell me about another reason."

"Karena mungkin aku cocok aja ngobrol denganmu. Kau juga pernah bilang, sesuatu hal bisa terjadi tanpa kita duga sebelumnya, kan?" Jelas Aira. "Hei, apa kau yang malah merasa terganggu denganku, Az?"

Azka menyentil kening Aira pelan. "Loh, kenapa harus gue yang terganggu? Santai aja, Ai."

"Oh astaga, dan harus sampai kapan aku memperingatimu untuk tidak memanggilku Ai, Azka?"

Azka menyeringai, "kalau gue bilang sampai lo bisa berhenti makan permen lolipop, gimana? Sanggup?"

"Hei!" Aira memukul lengan cowok itu dengan canda. "Kau mengejekku ya, Az?"

"Gue nggak sejahat itu kali," Azka tertawa lalu mengeluarkan sebuah permen dari saku seragam sekolahnya. "Nih. Tadi gue nggak sengaja beli."

"Halah," cibir Aira sambil senyam-senyum. Ia segera mengemut lolipop itu. "Bilang aja kali kalau peduli. Eh, kok permennya ada dua?"

"Hm, sekali-kali gue mau mencobanya." Jawab Azka dengan ragu. "Nggak salah juga kan?"

Aira tak bisa berhenti tersenyum melihat kelakuan Azka hari ini. Sedari dulu, Azka selalu menolak tiap Aira menawarkannya permen lolipop. Padahal Azka yang sering membeli lolipop itu untuk Aira. Azka juga selalu bilang kalau cewek itu seperti anak kecil yang bahagia mengemut permennya.

"Kenapa sih lo suka banget sama permen ini?"

"Hm, karena warnanya cerah. Bikin semangat liatnya," jawabnya. "Bentuknya juga lucu. Rasanya manis banget."

"Yeah, seperti dirimu."

"What?! Hm, sejak kapan kau berani menggombal, Az?"