Get Mystery Box with random crypto!

Nasihat (Dakwah Sunnah)

Logo of telegram channel nasihat_diri — Nasihat (Dakwah Sunnah) N
Logo of telegram channel nasihat_diri — Nasihat (Dakwah Sunnah)
Channel address: @nasihat_diri
Categories: Religion
Language: English
Subscribers: 3.45K
Description from channel

Himpunan Ilmu (sunnah) Dan Hadits Shahih Untuk Keinsafan Diri

Ratings & Reviews

1.00

2 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

0

4 stars

0

3 stars

0

2 stars

0

1 stars

2


The latest Messages 2

2022-08-25 06:23:32 Ujian dan cubaan merupakan salah satu bahagian dalam kehidupan manusia. Tidak ada kenikmatan mutlak di alam dunia ini. Sehebat apapun manusia, sekaya apapun dia, kenikmatan yang dia rasakan akan bercampur dengan ujian dan cubaan. Namun, orang yang beriman boleh mengkondisikan keadaan yang sejatinya pahit ini sebagai sebahagian dari kebahagiaan. Itulah sikap sabar dan mengharap pahala dari Allah ta’ala. Kerana itu, semakin besar sikap sabar yang dilakukan, semakin besar pula kebahagiaan yang dia rasakan. Barangkali, inilah diantara rahsia bahawa semakin sempurna keimanan seseorang maka semakin besar pula ujian yang Allah berikan kepadanya.

Dinyatakan dalam sebuah hadits, dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sesungguhnya besarnya pahala sepadan dengan besarnya ujian. Sesungguhnya Allah, apabila mencintai seseorang maka Allah akan mengujinya. Siapa yang redha (dengan takdir Allah) maka dia akan mendapatkan redha (Allah). Siapa yang marah (dengan takdir Allah) maka dia akan mendapatkan murka (Allah)” [HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan dinilai hasan shahih oleh al-Albani]

Diantara hikmah Allah memberikan ujian kepada kaum mukminin adalah agar mereka tidak merasa bahawa kehidupan dunia ini sebagai kenikmatan mutlak, sehingga mereka akan senantiasa mengharapkan akhirat.

* MEMOHON KEAMPUNAN KETIKA BERDOSA*

Bukanlah sifat orang mukmin yang bertaqwa, sama sekali tidak memiliki dosa. Hamba beriman yang baik adalah hamba yang ketika melakukan dosa dia segera bertaubat dan memohon keampunan kepada Allah.

Allah berfirman :

“(Orang yang bertaqwa) adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka” [QS. Ali Imran : 135]

Dan inilah bahagian tabiat manusia yang tidak boleh dihilangkan dari diri mereka. Akan tetapi, yang lebih penting adalah bagaimana seorang mukmin boleh segera bertaubat ketika melakukan dosa. Disebutkan dalam hadits, dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya. Andaikan kalian sama sekali tidak melakukan dosa, Allah akan menghilangkan kalian, kemudian Allah datangkan sekelompok orang yang mereka melakukan perbuatan dosa kemudian bertaubat, lalu Allah mengampuni mereka.” [HR. Muslim]

Hal inilah yang dirasakan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para manusia mulia ini, khuatir, jangan-jangan termasuk orang munafik, ketika mereka merasa lebih bertaqwa pada saat di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi ketika berada di rumah, mereka masih melekat dengan dunia.

Dari Abu Hurairah radiiallahu ‘anhu, bahawa para sahabat berkata : “Wahai Rasulullah, ketika kami melihat anda, hati kami menjadi lunak, dan kami seolah menjadi penduduk akhirat. Namun ketika kami jauh dari anda, kami menginginkan dunia dan bercanda dengan para isteri dan anak.” Kemudian beliau bersabda :

“Jika kalian setiap saat dalam keadaan sebagaimana ketika kalian berada di dekatku (seolah menjadi penduduk akhirat), nescaya para malaikat akan menyalami kalian dengan telapak tangan mereka dan mengunjungi kalian di rumah kalian. Andai kalian tidak pernah melakukan perbuatan dosa, nescaya Allah akan mendatangkan kaum yang berdosa (kemudian bertaubat) agar Allah mengampuni mereka” [HR. Ahmad, dan dinyatakan oleh Syu’aib al-Arnauth: Shahih dengan beberapa jalurnya].

Wallaahu a’lam.

Oleh : Ammi Nur Baits
Sumber artikel : https://buletin.muslim.or.id

•••❅❀• •❀❅•••

*Reposted by Admin*

мυℓια ∂єиgαи мαинαנ ѕαℓαf

@nasihat_diri
213 viewsdurrah, 03:23
Open / Comment
2022-08-25 06:23:32 Lalu kami memandikannya, mengafaninya dan menguburnya. Kemudian, aku kembali ke perbatasan. Lalu, aku tidur dan aku melihatnya dalam mimpi, beliau keadaannya sihat. Aku berkata kepadanya, “Bukankah engkau sahabatku?” Dia berkata,” Benar.” Aku berkata, “Apa yang Allah lakukan terhadapmu?” Dia berkata, “Allah telah memasukkanku ke dalam syurga dan berkata kepadaku,

“Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu.” (QS. Ar-Ra’d: 24).

“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

(Dari ceramah yang ditranskrip, oleh Syaikh Abu Ishaq Al-Huwainy yang berjudul Jannatu Ridha fit Taslim Lima Qadarallah wa Qadha, hal. 2)

Kisah nabi Ayyub sudah sering kita dengar, namun mungkin muncul komentar dalam diri kita, “Itukan Nabi, wajar jika dia mampu bersabar, sehingga membuat kita tidak terlalu terkesan dengan cerita tersebut.” Tapi subhanallah.., tokoh utama kisah di atas bukan Nabi. Abu Qilabah adalah manusia biasa seperti layaknya kita. Beliau tidak mendapatkan wahyu maupun didatangi malaikat Jibril untuk bersabar. Yang ini menunjukkan sikap sabar, diiringi syukur yang luar biasa seperti kisah di atas, memungkinkan untuk ditiru setiap orang. Tidak dapat kita bayangkan, andaikan beliau diberi oleh Allah nikmat yang lebih dari itu, sehebat apa rasa syukur yang akan beliau lakukan.

Inilah sifat yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkagum dan memuji peribadi orang mukmin. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari sahabat Suhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sungguh sangat mengagumkan keadaan orang yang beriman. Semua keadaannya itu baik. Dan ini hanya ada pada diri orang yang beriman. Apabila mereka mendapat kenikmatan, mereka bersyukur, dan itu (sikap) yang baik baginya. Sementara jika dia mendapatkan musibah, dia bersabar, dan itu (sikap) baik baginya.” [HR. Muslim].

*KUNCI KEBAHAGIAAN ADA TIGA*

Dalam bukunya yang sangat masyhur yang berjudul “qawaidul arba” (4 kaedah penting dalam memahami kesyirikan), Imam Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi mengatakan :

“Semoga Allah menjadikan anda termasuk diantara orang yang apabila dia diberi dia bersyukur, apabila diuji, dia bersabar, dan apabila melakukan dosa, dia beristighfar. Kerana tiga hal ini merupakan tanda kebahagiaan.” [Qowaidul Arba’]

* BERSYUKUR KETIKA MENDAPAT NIKMAT*

Dengan sikap ini, orang akan tetap mendapatkan tambahan nikmat dan keberkahannya. Sebagaimana janji Allah ta’ala, dalam firman-Nya :

“Jika kalian bersyukur maka sungguh Aku akan tambahkan untuk kalian, dan jika kalian kufur, sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” [QS. Ibrahim : 7]

Hanya saja perlu kita ingat. Sikap ini tidaklah mudah. Kita baru boleh bersyukur, ketika kita merasa bahawa apa yang ada pada diri kita adalah pemberian Allah yang sudah sangat banyak. Dengan ini, kita tidak akan membandingkan kenikmatan yang ada pada diri kita dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang lebih ‘sukses’ dari pada kita. Inilah kunci yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

“Lihatlah kepada orang yang (nikmatnya) lebih bawah dari pada kalian. Jangan melihat kepada orang yang (nikmatnya) di atas kalian. Dengan ini, akan lebih memungkinkan, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah pada diri kalian.” [HR. Turmudzi dan dinilai shahih oleh al-Albani]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakui bahawa manusia memiliki sifat hasad dan selalu menginginkan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Dengan sebab ini, orang akan melupakan nikmat yang ada pada dirinya. Oleh Kerana itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan kepada manusia agar menutup celah timbulnya perasaan ini, dengan membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang yang lebih rendah kenikmatannya dari pada nikmat yang ada pada dirinya.

* BERSABAR KETIKA MENDAPAT UJIAN*
161 viewsdurrah, 03:23
Open / Comment
2022-08-25 06:23:32 ┏ ●●━━━━━━━━━━━━┓

••• *TAZKIYATUN NUFUS* •••
┗━━━━━━━━━━━━●● ┛


*SABAR, SYUKUR, DAN ISTIGHFAR*

Bismillaah...

Ibnu Hibban meriwayatkan di dalam kitab “Ats-Tsiqat” kisah ini. Dia adalah imam besar, Abu Qilabah Al-Jarmy Abdullah bin Yazid dan termasuk diantara tabi’in yang meriwayatkan dari sahabat Anas bin malik. Kisah ini diriwayatkan dari seorang mujahid yang bertugas di daerah perbatasan (ribath), Abdullah bin Muhammad, beliau menuturkan:

Saya keluar untuk menjaga perbatasan di Uraisy Mesir. Ketika aku berjalan, aku melewati sebuah perkemahan dan aku mendengar seseorang berdoa,

“Ya Allah, anugerahkan aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau redhai. Dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.” [Doa beliau ini merupakan kutipan dari firman Allah di surah An-Naml, ayat 19].

Aku melihat orang yang berdoa tersebut, ternyata ia sedang ditimpa musibah. Dia telah kehilangan kedua tangan dan kedua kakinya, matanya buta dan kurang pendengarannya. Beliau kehilangan anaknya, yang biasa membantunya berwudhu dan memberi makan…

Lalu aku mendatanginya dan berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah, sungguh aku telah mendengar doamu tadi, ada apa gerangan?”

Kemudian orang tersebut berkata, “Wahai hamba Allah. Demi Allah, seandainya Allah mengirim gunung-gunung dan membinasakanku dan laut-laut menenggelamkanku, tidak ada yang melebihi nikmat Tuhanku daripada lisan yang berdzikir ini.” Kemudian dia berkata, “Sungguh, sudah tiga hari ini aku kehilangan anakku. Apakah engkau bersedia mencarinya untukku? (Anaknya inilah yang biasa membantunya berwudhu dan memberi makan)

Maka aku berkata kepadanya, “Demi Allah, tidaklah ada yang lebih utama bagi seseorang yang berusaha memenuhi keperluan orang lain, kecuali memenuhi keperluanmu.” Kemudian, aku meninggalkannya untuk mencari anaknya. Tidak jauh setelah berjalan, aku melihat tulang-tulang berserakan di antara bukit pasir. Dan ternyata anaknya telah menjadi mangsa binatang buas. Lalu aku berhenti dan berkata dalam hati, “Bagaimana caraku kembali kepada temanku, dan apa yang akan aku katakan padanya dengan kejadian ini? Aku mulai berfikir. Maka, aku teringat kisah Nabi Ayyub ‘alaihis salam.

Setelah aku kembali, aku memberi salam kepadanya.

Dia berkata, “Apakah engkau temanku?”

Aku katakan, “Benar.”

Dia bertanya lagi, “Apa yang selama ini dikerjakan anakku?”

Aku berkata, “Apakah engkau ingat kisah Nabi Ayyub?”

Dia menjawab, “Ya.”

Aku berkata, “Apa yang Allah perbuat dengannya?”

Dia berkata, “Allah menguji dirinya dan hartanya.”

Aku katakan, ”Bagaimana dia menghadapinya?”

Dia berkata, “Ayyub bersabar.”

Aku katakan, “Apakah Allah mengujinya cukup dengan itu?”

Dia menjawab, “Bahkan kerabat yang dekat dan yang jauh menolak dan meninggalkannya.”

Lalu aku berkata, “Bagaimana dia menghadapinya?”

Dia berkata, “Dia tetap sabar. Wahai hamba Allah, sebenarnya apa yang engkau inginkan?”

Lalu aku berkata, “Anakmu telah meninggal dunia, aku mendapatinya telah menjadi mangsa binatang buas di antara bukit pasir.”

Dia berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan dariku keturunan yang dapat menjerumuskan ke neraka.”

Lalu dia menarik nafas sekali dan rohnya keluar.

Aku duduk dalam keadaan bingung apa yang harus kulakukan. Jika aku tinggalkan, dia akan menjadi mangsa binatang buas. Jika aku tetap berada disampingnya, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Ketika dalam keadaan tersebut, tiba-tiba ada segerombolan perompak mendatangiku.

Para perompak itu berkata, “Apa yang terjadi?” Maka aku ceritakan apa yang telah terjadi. Mereka berkata, “Bukakan wajahnya kepada kami!” Maka aku membuka wajahnya, lalu mereka memiringkannya dan mendekatinya seraya berkata, “Demi Allah, ayahku sebagai tebusannya, aku menahan mataku dari yang diharamkan Allah dan demi Allah, ayahku sebagai tebusannya, tubuh orang ini menunjukkan bahawa dia adalah orang yang sabar dalam menghadapi musibah.”
163 viewsdurrah, 03:23
Open / Comment
2022-08-25 02:08:21
198 viewsdurrah, 23:08
Open / Comment
2022-08-25 02:04:12
سورة البقرة صفحة 19
201 viewsdurrah, 23:04
Open / Comment
2022-08-25 01:59:00 Hasbiyallahu wa Ni'mal Wakil

-----

Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,

"Jika engkau melihat ada orang yang memusuhimu,

katakanlah,

حَسْبي اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

(Cukuplah Allah menjadi Penolongku dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)

Allah akan menjagamu dari keburukan dan niat buruk mereka."

(Syarah Riyadush Shalihin 1/557)

@nasihat_diri
190 viewsdurrah, 22:59
Open / Comment
2022-08-25 01:57:54 Apabila Seorang Mukmin telah mati dan ia mempunyai kebaikan di sisi Allah, ia tidak akan berangan-angan untuk kembali ke dunia, meskipun seandainya ia diberikan dunia seluruhnya.

Kerana sesungguhnya ia telah beristirehat dari kelelahan, keletihan, kesedihan, kesuraman hidup di dunia.

(Abdul Aziz bin Abdullah Ar-Rojihi)

@nasihat_diri
190 viewsdurrah, 22:57
Open / Comment
2022-08-25 01:57:05
184 viewsdurrah, 22:57
Open / Comment
2022-08-25 01:55:40 BANYAK MANUSIA LALAI DARI DUA KENIKMATAN


[
عن عبدالله بن عباس:] نِعْمَتانِ مَغْبُونٌ فِيهِما كَثِيرٌ مِنَ النّاسِ: الصِّحَّةُ والفَراغُ.

الصحيح البخاري ٦٤١٢


Dari Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما, Rasulullah ﷺ bersabda,

❝Dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu darinya, yaitu nikmat kesihatan dan waktu luang.❞

HR. Al-Bukhari 6412.

Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah

@nasihat_diri
195 viewsdurrah, 22:55
Open / Comment